Pelatihan: Pengukuran Antioksidan dengan Metode FRAP di Laboratorium Biologi UAD
Yogyakarta, 24 Juli 2024 – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengadakan pelatihan ilmiah yang bertujuan meningkatkan keterampilan praktis dalam bidang biologi. Pada hari Rabu, 24 Juli 2024, telah diselenggarakan pelatihan pengukuran antioksidan dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power). Pelatihan ini menghadirkan narasumber Bu Ambar Pratiwi, S.Si., M.Sc., seorang dosen Biologi UAD yang ahli dalam bidang biokimia dan antioksidan.
Pelatihan yang berlangsung di Laboratorium Biologi UAD ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan laboran yang tertarik untuk mendalami metode pengukuran antioksidan. Dalam pelatihan ini, Bu Ambar Pratiwi menjelaskan secara rinci tentang tahapan-tahapan yang diperlukan dalam metode FRAP, mulai dari persiapan larutan hingga pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Metode FRAP yang digunakan dalam pelatihan ini dimulai dengan pembuatan beberapa larutan penting, yaitu:
- Larutan Buffer Fosfat: untuk menjaga pH selama reaksi berlangsung.
- Larutan Oksalat: yang berfungsi sebagai pengikat ion logam.
- Larutan Kalium Ferrisianida: sebagai agen pereduksi dalam reaksi.
- Larutan FeCl2: sumber ion besi yang akan direduksi.
- Larutan Asam Trikloroasetat (TCA): untuk mengendapkan protein dan mengklarifikasi larutan sebelum pengukuran.
Setelah persiapan larutan selesai, tahap berikutnya adalah mengukur aktivitas antioksidan menggunakan spektrofotometer. Peserta pelatihan diajarkan cara mengoperasikan spektrofotometer dan menginterpretasi hasil yang diperoleh untuk menentukan kapasitas antioksidan dari sampel yang diuji.
Dalam sambutannya, Bu Ambar Pratiwi menjelaskan perbedaan antara metode FRAP dan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) yang juga sering digunakan untuk pengukuran aktivitas antioksidan. “Metode FRAP mengukur kemampuan sampel untuk mereduksi ion besi (Fe3+ menjadi Fe2+), yang memberikan gambaran tentang kapasitas reduksi total dari antioksidan. Sedangkan metode DPPH mengukur kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas DPPH, yang memberikan indikasi aktivitas penangkapan radikal,” jelasnya.
“Setiap metode memiliki keunggulan masing-masing. FRAP lebih fokus pada kapasitas reduksi, sedangkan DPPH lebih spesifik dalam menangkap radikal bebas. Pemilihan metode tergantung pada tujuan penelitian dan jenis sampel yang diuji,” tambah Bu Ambar.
Para peserta pelatihan sangat antusias mengikuti setiap sesi yang disampaikan. Beberapa peserta mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta keterampilan praktis mereka dalam bidang biokimia dan antioksidan.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa, dosen, dan laboran UAD dalam melakukan penelitian dan pengujian antioksidan, serta memperkuat kolaborasi antar akademisi di lingkungan UAD.
Dengan berakhirnya pelatihan ini, diharapkan para peserta mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam penelitian mereka masing-masing, sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (SNC)