7 Falsafah Ajaran KHA Dahlan
Bagian kelima
Nurwidayati1
Bagian kelima dari seri 7 Falsafah Ajaran KHA Dahlan ini juga berisi dua Pelajaran, yaitu Pelajaran keenam dan ketujuh. Dua Pelajaran terakhir ini disampaikan secara singkat, tanpa penjelasan yang Panjang lebar, sehingga dijadikan dalam satu seri pembahasan.
Pelajaran Keenam
Pada Pelajaran keenam ini KHA Dahlan menyoroti kebanyakan para pemimpin. Beliau mengatakan: “Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.”
Begituah beliau menggambarkan pemimpin-pemimpin kala itu. Dan sepertinya apa yang beliau gambarkan masih relevan hingga masa sekarang. Seharusnyalah kita belajar dari apa yang telah KHA Dahlan contohkan. Bagaimana beliau dengan berani mengambil satu sikap, yang tentunya disertai dengan pemahaman yang benar, untuk meluruskan arah kiblat di Langgar Kidul, tempat dimana beliau mengajar. Bagaimana Langgar Kidul dibongkar dan beliau nyaris akan dibunuh karena dianggap makar dan merusak tatanan Keraton Ngayogyakarta. Begitu pula kita harus belajar kepada Sri Sultan Hamenku Buwana VII, Sultan yang berkuasa pada waktu itu. Karena beliau dengan bijak melakukan tabayyun kepada KHA Dahlan mengapa beliau mengambil sikap demikian (Muslimin, 2021).2
Memang sudah seharusnyalah para pemimpin berlaku demikian, berani berkorban karena disertai pemahaman yang benar, bijaksana, dan bertanggung jawab atas tindakannya.
Pelajaran Ketujuh
Pada pelajaran ketujuh ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu konsep tentang belajar ilmu (pengetahuan atau teori) dan konsep tentang belajar amal (mengerjakan dan mempraktekkan).
Menurut KHA Dahlan, semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Misalnya seorang anak akan mempelajari huruf a, b, c, d, kalau belum faham benar-benar tentang 4 huruf a, b, c, d itu, tidak perlu ditambah pelajarannya dengan e, f, g, h. Demikian juga dalam belajar amal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan tidak perlu ditambah.
Sungguh konsep yang sangat bagus, terutama bila diterapkan pada orang yang masih awam dalam hal agama. Pasti akan memudahkan dalam memahami dan mengamalkannya. Hal inilah yang beliau lakukan dalam proses pengajarannya. Beliau akan mengulang-ulang satu bahasan sampai muridnya paham dan bisa mengamalkannya. Barulah beliau berpindah pada bahasan yang lain. Seperti halnya Ketika mengajarkan tentang makna dari QS Al-Ma’un. Beliau mengulang-ulang sampai muridnya paham dan setelahnya beliau menggerakkan murid-muridnya untuk mengamalkannya, dengan cara sesuai kemampuan mereka.
QS Al Maun beliau ajarkan kepada murid-muridnya selama 3 bulan. Dari sanalah lahir rumah miskin dan yatim. Bahkan lahirlah rumah sakit yang waktu itu hanya dimiliki oleh kaum zending atau orang Kristen. Demikian pula QS Al Ashr, beliau ajarkan selama 8 bulan lamanya (Ilham, 2020).3
Demikianlah, lengkap sudah bahasan 7 Falsafah Ajaran KHA Dahlan yang dituliskan Kembali oleh KRH. Hadjid, salah seorang teman sekaligus murid beliau. Ini menjadi landasan bagi kita dalam beragama dan menjalani aktivitas kita dimanapun peran kita. Terlebih dalam menjalani kehidupan ber-Muhammadiyah kita. Beliau telah memberi contoh teladan baik dari sisi pemahamam keilmuan dan keagamaan, juga dalam hal pengamalan dalam segala aspek kehidupan. Semoga apa yang beliau ajarkan menjadi inspirasi bagi kita, khususnya kader dan warga persyarikatan Muhammadiyah.
(Tamat)
1 PLP Lab. Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan UAD
2 Muslimin, Izzul. 2021. Kiyai Ahmad Dahlan dan Arah Kiblat. Pusat Studi Muhammadiyah (https://psm.umy.ac.id/id/kiyai-ahmad-dahlan-dan-arah-kiblat/)
3 Ilham. 2020. Al-Maun dan Al-Ashr: Inspirasi Kiai Dahlan Membangun Amal Usaha Muhammadiyah. Muhammadiyah.or.id