7 Falsafah Ajaran KHA Dahlan
Bagian keempat
Nurwidayati1
Kita telah sampai pada bagian keempat dari seri 7 Falsafah Ajaran KHA Dahlan. Pada bagian ini akan disampaikan dua pelajaran sekaligus yaitu pelajaran keempat dan kelima.
Pelajaran Keempat
Menurut KHA Dahlan, manusia itu perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, yaitu golongan manusia yang bersama-sama menggunakan akal pikirannya, untuk memikirkan bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju?
Manusia harus menggunakan pikirannya untuk mengoreksi soal I’tikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, serta mencari kebenaran yang sejati. Karena kalau hidup di dunia yang hanya sekali ini sampai sesat, akibatnya akan celaka, dan sengsara selama-lamanya. Kondisi manusia yang tidak mau berpikir tersebut digambarkan Allah dalam QS AL Furqon 44: “Adakah engkau menyangka, bahwasannya kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memikir-mikir mencari ilmu yang benar?”
Begitulah kondisi manusia, amat sedikit yang memikirkan apa sesungguhnya hakikat dan tujuan hidup di dunia. Padahal ini lah hal yang sangat asasi, yang dengannya justru bisa menyatukan umat manusia dalam satu golongan. Yaitu golongan yang benar-benar memahami apa sesungguhnya tujuan Allah menciptakan manusia.
Pelajaran Kelima
Pembahasan pada pelajaran kelima ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari pelajaran keempat. KHA Dahlan masih mengulang pelajaran dari QS AL Furqon 44 secara lebih rinci. Lebih lengkap yat tersebut menyatakan: “Adakah engkau menyangka, bahwasannya kebanyakan manusia suka mendengarkan (pelajaran yang benar) atau memikir-mikir (menetapi perbuatan yang benar)?” Sungguh tidak! Tak lain dan tak bukan mereka itu hanyalah seperti hewan, malah mereka itu lebih sesat lagi jalan yang ditempuhnya.”
Fatwa KHA Dahlan:
“Manusia tidak menuruti, tidak memperdulikan sesuatu yang sudah terang benar bagi dirinya. Artinya dirinya sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat mengatakan itu benar. Tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut mendapat kesukaran, takut berat dan bermacam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlaq (budi pekerti) hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk.”
KHA Dahlan sering bersenandung syair:
“Dalam agamaku terang benderang bagi orang yang mendapat petunjuk, tetapi hawa nafsu (menuruti kesenangan) merajalela dimana-mana, kemudian menyebabkan akal manusia menjadi buta.”
KHA Dahlan juga berfatwa:
“Mula-mula agama Islam itu cemerlang, kemudiam kelihatan makin suram. Tetapi yang suram itu adalah manusianya, bukan agamanya.”
Padahal, sejatinya agama itu adalah condongnya nafsu ruhani naik kepada kesempurnaan tertinggi yang suci dan luhur, bersih dari pengaruh kebendaan. Jadi, orang yang menetapi agama ialah orang yang condong kepada kesucian iman kepada Allah, bersih dari bermacam-macam pengaruh.
Tersebut dalam QS Ar-Ruum 30:
“Luruskanlah mukamu menghadap agama Islam dengan condongnya hati (kepada Allah) yaitu kepada agama ciptaan Allah, Allah yang telah menjadikan manusia bersesuaian dengan kesucian agama itu. Tidak ada bandingan bagi ciptaan Allah itu. Demikian itu adalah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahu.”
Demikianlah, sesungguhnya manusia itu asal mulanya suci. Kemudian manusia mendapatkan berbagai masukan dan kebiasaan yang buruk dan hatinya pun mengandung penyakit. Inilah yang menjadikannya menolak ajaran-ajaran agama yang baik, yang suci dan yang benar. Oleh karenanya manusia harus senantiasa membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang ada pada hatinya, hingga hatinya pun menjadi jernih. Sehingga dengan hati yang jernih tersebut manusia barulah dapat menerima ajaran agama Islam dan meningkat naik ke alam kesucian. Sekalipun dalam menjalankan ajaran agama Islam tersebut ia mendapat kesukaran dan terasa berat, namun bila ia telah meyakini akan kebenaran dari ajaran agama Islam tersebut, ia tidak akan merasa takut dan khawatir karenanya.
(bersambung)
1 PLP Lab. Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan